Jumat, 24 Juni 2016

Cerpen motivasi




Ketika Pena Tergeletak
Karya : Nafida Nurhidayati


“hidup itu tak selalu membuat setiap makhluk bahagia. Mungkin hidup yang bahagia adalah katika kita berusaha menjadi yang lebih baik dari sebelumnya. hidup yang kita jalani ibaratkan saja seperti pena yang menari diatas lembaran putih yang siap menuliskan kisah setiap seseorang. Entah itu baik atau buruk, tergantung hati seseorang pula yang menggerakkan pena tersebut. Namun sebenarnya semua kehidupan yang manusia jalani sudah ditentukan oleh yang kuasa. Dan aku, masih penasaran tentang dokter yang menekan dadaku sekuat tenaganya hingga jantungku berdetak. Aku tak bisa mengingat dan merasakan apa-apa kecuali…” dia berhenti menulis ketika sedikit bernostalgia, Dia adalah seorang siswa SMA kelas 10, namanya Vino Andreass atau panggil saja Vino. Vino adalah keturunan dari keluarga terpandang. Orangtuanya memiliki sebuah perusahaan besar dan ternama. Dia adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Dia termasuk manusia yang bahagia karena kehidupannya yang mencukupi, bahkan lebih dari cukup. Namun itu mungkin hanya pikiran orang lain saja yang hidupnya masih dibawah Vino, tapi bagaimana perasaan Vino yang sesungguhnya? Apakah dia memang bahagia atau malah hidupnya lebih menyedihkan dari pada pengemis.

Vino merupakan siswa yang bisa dibilang pandai, polos, dan memiliki teman yang banyak tapi sebagian temannya mau berteman dengan Vino karena kekayaan hartanya, yang akhirnya diketahui ole Vino dan membuat hati Vino sakit. Suatu hari ia bertemu dengan Leo teman satu kelasnya. Kehidupan Leo adalah kebalikan Vino. Kehidupan Leo sangat keras, dia termasuk anak yang pergaulannya bebas, mungkin karena dia hidup sendiri. Vino bertemu Leo saat perjalanan pulang kerumah dari sekolah. Vino tak sengaja melihat sebuah transaksi mencurigakan. Karena itu membuatnya penasaran, ia mengikuti orang tersebut yang ternyata adalah Leo. Vino kaget, dan dia langsung lari menjauh.

Keesokan harinya Vino dihadang oleh Leo dan teman-temannya. Ia sangat ketakutan hingga mengeluarkan keringat dingin. Tiba tiba Leo mengangkat tangannya seperti akan memukul Vino. Namun apalah yang terjadi, Leo menepuk-nepuk bahu Vino dan berkata, “ jangan salah sangka dulu terhadap seseorang”. Selang beberapa detik akhirnya Leo meninggalkan Vino sendirian. Vino hanya bisa berpikir dengan perkataan Leo barusan. Mungkin Leo adalah orang yang baik, pikir Vino.

Beberapa hari kemudian Vino makin akrab dengan Leo hingga menjadi sahabat dekat. Namun karena keakrabannya, Vino malah menjadi salah pergaulan. Ia makin suka yang namanya merokok, dan itu menjadi perbincangan hangat dikelasnya, namun biarlah bagi Vino, merekalah yang salah, mereka hanya butuh Vino karena uangnya saja, peduli apa mereka.

Keakraban Vino dan Leo tetap berjalan hingga mereka kela 11 SMA. Mereka bukan akrab lagi, tapi Vino malah menganggap Leo saudara sendiri, karena Leo sangat dekat dan perhatian sama Vino. Berbeda dengan kakak-kakaknya Vino, mereka sama seperti mama dan papa Vino, hanya memikirkan perkerjaan saja. “ya aku tau kalau bekerja itu penting tapi setidaknya ada waktu lah buat aku.” Pikir Vino. Karena hati Vino yang sekarang sudah menjadi batu, ia tak peduli dengan siapa-siapa yang berada disampingnya kecuali kesenangan baginya. Hingga ia tak melirik kepada kakak terakhirnya, kak Rima, dia kakak yang paling menyayangi Vino, namun karena kesibukannya dengan kuliah dan praktik dia terpaksa meninggalkan Vino ke Sumatra . Karena keakraban Vino dan Leo hingga Vino terjerumus kedalam sebuah lubang yang sangat dalam. Saat kenaikan kelas Vino sudah ikut sebuah club namanya club bebas, karena kebebasannya. Hingga suatu hari  Vino mulai menyentuh barang yang sangat haram dan berbahaya bagi tubuh manusia. Ya apalagi kalau bukan NARKOBA. Ia mengenal obat-obatan terlarang itu dari salah satu teman Leo namanya Aves, Aves adalah nama samaran buat anggota club itu. Setiap anggota club memiliki naman samaran sendiri, seperti Vino, ia memiliki nama samaran “Losmen”. Los karena dia polos dan Men diambil dari pelafalan kata Man yang arinya laki-laki, jadi jika diartikan keseluruhan berarti laki-laki yang polos.

Obat terlarang yang ia cicipi pertama kali adalah sabu-sabu. Pertamanya ia tidak tau kalau itu sabu-sabu, dia hanya menganggap bubuk biasa. Ya... mungkin karena kepolosannya itu. Ia hanya bisa merasakan keinginannya mengkonsumsi obat tersebut, atau bisa dibilang kecanduan. Obat yang ia konsumsi kedua lebih parah lagi, jenisnya berbeda dari sabu-sabu, tapi sama saja itu adalah obat terlarang. Obat tersebut bisa dibilang heroin. Vino saat ini sudah lebih dari kecanduan, heroin adalah teman bagi Vino. Beberapa minggu kemudian Vino ketahuan menyembunyikan sabu-sabu seberat 3 gram dikamarnya oleh mamanya. Mamanya kata pembantu rumah Vino saat bersih-bersih. Mamanya merahasiakan itu semua dari keluarganya. Diam-diam mamanya membawa Vino ke sebuah panti rehabilitasi. Vino dikarantina selama 2 minggu. Akhirnya  Vino sembuh dari kelakuannya tersebut. Namun itu hanya berjalan beberapa minggu karena ia bertemu temannya Leo kembali yang membuatnya mencicipi obat terlarang itu lagi. Nama samarannya “freeman” atau panggilan mudahnya “preman”. Kali ini Vino tidak bisa dibiarkan lagi, ia  sekarang malah menjadi-jadi. Karantina bukannya menyembuhkan tapi malah menjerumuskannya menurut mamanya. Hingga suatu saat Vino sakaw dan hampir mati.

Sebelum masuk rumah sakit Vino mendengar jika Leo telah  meniggal beberapa hari yang lalu karena Narkoba, dan teman-temannya atau anggota club bebas tertangkap, tapi bandarnya mengilang atau kabur menjadi buronan.  Vino juga ikut ditangkap, namun keburu dia sakit dan dibawa kerumah sakit. Kak Rima datang jauh-jauh dari Sumatra untuk menjenguk adiknya dan menjaganya, ia bersedih dan mendoakannya, hinngga Vino sadar dari komanya. 

Entah kapan, seperti di dunia atau dialam lain, Vino berjalan  di sebuah ruangan yang serba putih, tapi dia hanya merasa seperti melayang diawan, disitulah dia tak sengaja bertemu seseorang  yang sepertinya dia mengenal orang itu. Vino melihatnya dengan seksama. Dia kaget saat yang dia lihat ternyata Leo.

“mengapa kamu berada disini?” tanya Vino

“entahlah, penaku sudah berhenti berjalan.” Jawab Leo dengan merenung.

“maksudnya?” Vino melanjutkan pembicaraannya dengan pertanyaan yang mencirikan seperti orang kebingungan.

“aku sedih karena penaku berhenti, aku ingin kamu membuka lembaran baru, dan buatlah pena hidupmu berjalan dengan benar. Aku minta maaf karena membuat pena hidupmu menggambar dengan semaunya. Mulai dari saat ini jadilah dirimu sendiri, jangan hiraukan perkataan orang lain, anggap saja itu sebagai pelajaran untuk menjadi yang lebih baik.” ucap Leo. Tapi tampaknya Vino masih kebingungan. Tanpa dalam hitungan, tiba-tiba Leo menghilang entah kemana, dan membuat Vino sadar dari tidurnya yang pulas selama 2 minggu, alias koma. Setelah dia sadar dari komanya dia menceritakan cerita singkatnya saat bertemu Leo pada kak Rima.

Beberapa hari ia menjalani perawatan atau fase penyembuhan. Keluarga Vino akhirnya peduli pada Vino saat mulai dia masuk rumah sakit. Namun disaat mereka enak-enak sedang bercerita, tiba-tiba ada suara ketukan pintu kamar ruang inap Vino dan masuk 2 orang berpostur tubuh yang tegap, dan memakai baju yang lengkap yang bertuliskan “polisi” dengan permisi.

 Vino langsung menundukkan kepalanya dan menitikkan air mata dengan selingan kata maaf dari mulutnya. Setelah keluarganya berbincang-bincang bersama kedua polisi tersebut, semuanya kaget saat mendengar jika Vino pernah mengkonsumsi obat-obat terlarang, kecuali mamanya. Tapi bersyukurnya Vino tidak tertangkap namun ia didenda dan dimasukkan kedalam komisi perlindungan anak, dan dikarantina untuk penyembuhan total. Hingga ia sadar dan menulis beberapa kalimat.

“ya Allah sekarang aku mengerti maksud Leo dan aku ingin beterimakasih Engkau telah memberiku kehidupan kembali padaku, terimakasih Engkau masih menjalankan pena kehidupanku kembali meski kemarin hampir penaku tergeletak selamanya seperti pena kehidupan Leo yang saat ini tergeletak dengan penyesalan. Aku minta maaf Ya Allah, aku akan tobat sesunguh-sungguhnya dan menyadari kesalahanku. Aku akan menghapus  tulisan penaku yang menuliskan kejelekan hidupku dulu... aku sekarang sadar, Aku lebih baik masuk penjara, dari pada berbaring diatas ranjang yang menentukan hidupku. Namun hanya itulah obat ampuh untuk menyadarkan diriku. Mulai dari saat ini, detik ini juga pena hidupku akan menuliskan kehidupan yang lebih baik, terimakasih ya ALLAH...”


SELESAI....

TERIMAKASIH...